Senin, 04 Juli 2011

Daya Kreatif untuk Seniman Kerinci


Budayawan dan seniman Kerinci perantauan  Azhar MJ menilai para seniman Kabupaten Kerinci perlu pelatihan dan peningkatan visi kreatif agar bisa melahirkan karya-karya baru yang menarik dan bernilai.
"Untuk bisa melahirkan karya-karya baru yang enterteinis sesuai kebutuhan pariwisata, sekaligus berakar pada nilai luhur budaya masyarakat Kerinci yang sangat adiluhung, para pelaku kesenian di Kerinci sangat perlu pelatihan," katanya di Jambi, Selasa.
Ia menilai, kreativitas seniman-seniman Kerinci yang tersaji dalam kekaryaannya selama ini terbilang masih sangat tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain di Provinsi Jambi, padahal Kerinci adalah kabupaten yang telah ditetapkan Kemenbudpar sebagai "daerah wisata" tanah air.
Indikasi ketertinggalan atau ketergagapan seniman Kerinci itu dapat dilihat dari masih selalu tersajinya karya-karya seni olahan dalam format yang masih terkungkung dalam pakem-pakem konvensional seperti apa adanya tradisi-tradisi ritual yang menjadi objek pengolahan.
Padahal untuk keperluan peningkatan kepariwisataan, kreatifitas harus lebih bebas dan lebih liar sekaligus harus berpegang teguh pada akar tradisinya sehingga karya yang disajikan mampu jadi sajian yang menarik bagi audiens atau wisatawan.
Semestinya para seniman Kerinci mampu merespon atau memanfaatkan potensi alam Kerinci ke dalam kreatifitas karyanya, kapan perlu bisa menjadikan lingkungan itu jadi bagian integral dari karyanya,sehingga antara karya seni dan alam lingkungannya menjadi satu sajian yang utuh dan menyatu seperti apa yang telah digarap para seniman di Bali dan Bukittinggi dewasa ini.
Kegagapan atau keterkungkungan aktivitas perkesenianan seniman Kerinci saat ini meliputi semua lini dan semua genre, baik genre seni pertunjukan seperti seni tari, seni musik, teater, lalu juga dalam seni rupa seperti seni lukis, seni ukir, seni kriya, apalagi dalam seni sastra.
Tarian-tarian khas dan unik Kerinci selalu tersaji seperti apa adanya sejak puluhan tahun lalu, tidak pernah ada pengolahan atau pengembangan, seperti kemonotonan yang tersaji dari tari Rangguk, tari Niti Mahligai, tari Asyek, tari Iyo-iyo, dan lainnya.
"Menurut kita kondisi itu terjadi bukan karena para seniman Kerinci tidak punya daya kreasi, tapi mandeg lebih dikarenakan masih belum beraninya mereka bereksplorasi, karena itulah guna memecahkan kebuntuan itu diperlukan semacam pelatihan, agar bisa kreatif dan berani mengembangkan diri," kata Azhar.
Belasan seniman Kerinci yang ada di tanah perantauan justeru menyatakan siap membantu rekan-rekannya mengembangkan diri di kampung halaman mereka.
Banyak seniman Kerinci yang berkiprah di luar daerah dan telah memiliki kemapmpuan berkarya yang mumpuni, dan paham betul budaya tradisi masyarakatnya, mereka sangat siap dilibatkan jika diminta mentransferkan ilmu dan kemampuannya itu ke tanah asal mereka Kerinci.
Pemkab setempat dalam hal ini Disbudpar semestinya merespon dengan baik keinginan para seniman putra daerah Kerinci yang ingin ikut ambil andil dalam pembangunan kebuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar